Danau
Yang “ Airnya Asin
“
Nama: Andy
Anto Sirait
NPM: 10320083
Danau Satonda, Miniatur Lautan
Purba
Danau air asin
di tengah Pulau Satonda tiga kilometer dari semenanjung Sanggar di Pulau
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulau gunung api seluas 2.600 hektare ini telah
dijadikan taman wisata laut. Diperkirakan danau terbentuk akibat letusan Gunung
Tambora yang mengakibatkan tsunami hingga menerjang kaldera Gunung Satonda pada
tahun 1815.
Satonda sekilas pandang tak berbeda dengan danau lainnya.
Dibendung tebing gunung, airnya berwarna kehijauan, membiaskan warna ganggang
di dasarnya. Namun, begitu dicecap, rasa asin air menyengat lidah, lebih asin
dibandingkan dengan air laut.
Masyarakat mengekspresikan keunikan air danau di sebelah
utara seberang Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, itu lewat cerita rakyat.
Dikisahkan, Raja Tambora dalam perjalanan menuju Sumatera untuk mencari
pasangan hidup. Di dekat Dompu, bertemulah raja dengan perempuan rupawan. Dia
terpikat dan menginginkan perempuan itu menjadi istrinya.
Saat sang raja bercerita tentang dirinya, perempuan itu
menyadari raja itu merupakan putranya yang hilang, dan menolak pinangan raja.
Bangkitlah murka raja. Dia bersikeras mempersuntingnya.
Tiba-tiba muncul awan hitam bergulung-gulung, petir
menyambar, dan Bumi berguncang. Saat itulah Gunung Tambora meledak dan
menimbulkan gelombang besar yang memisahkan daratan menjadi pulau-pulau kecil.
Sang Kuasa murka terhadap raja yang ingin memperistri perempuan yang ternyata
ibu kandungnya itu.
Sang raja selamat dan terdampar di sebuah pulau. Dia
menyesal dan menangis. Air matanya mengalir dan menggenang, yang lalu dikenal
sebagai danau air asin Satonda.
Jika masyarakat mengekspresikan ketakjuban mereka terhadap
pulau gunung api Satonda lewat mitos, ilmuwan asing menggali misteri keasinan
air danau itu melalui penelitian. Penjaga Satonda, Toto Suharto (39),
mengungkapkan, sejak tahun 1984, danau itu menarik perhatian banyak peneliti,
terutama dari luar negeri.
Berair asin
Adalah dua ilmuwan Eropa, Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak, yang merintis penelitian di
danau itu. Mereka pertama kali mengunjungi Danau Satonda saat Dutch Indonesian
Snellius II Expedition pada November 1984, dan kemudian kembali untuk
menelitinya pada 1989 dan 1996.
Bagi keduanya, Satonda merupakan fenomena langka karena
airnya yang asin dengan alkalinitas (tingkat kebasaan) sangat tinggi
dibandingkan dengan air laut umumnya. Mereka lalu mencoba merekonstruksi
sejarah pembentukan danau dan ekosistemnya.
Kempe dan
Kazmierczak menuangkan sebagian hasil
penelitian mereka dalam artikel berjudul Microbialites
and Hydrochemistry of the Crater Lake of Satonda, 1996. Keduanya
berpendapat, danau asin Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah
lebih dari 10.000 tahun lalu.
Aslinya, danau itu berisi air tawar, yang dibuktikan dari
deposit gambut di bawah endapan menyerupai mineral laut di pinggir danau. Danau
itu lalu dibanjiri dengan air laut yang merembes melalui celah dinding kawah
yang runtuh. Pada waktu itu, permukaan air laut 1 meter-1,5 meter lebih tinggi
dibandingkan saat ini.
Namun, ketinggian laut secara perlahan menyusut. Penapisan
air laut melalui dinding kawah pun melambat. Sekarang, ketinggian air danau
relatif stabil, yang menandai tidak ada lagi hubungan dengan air laut.
Perubahan lingkungan air Danau Satonda memengaruhi juga
spesies yang hidup di dalamnya. Kejenuhan dan alkalinitas air naik ke tingkat
yang menyebabkan pemusnahan hampir semua jenis moluska, kecuali spesies
gastropoda (keong/siput) tertentu, seperti Cerithium corallium. Jenis ini
diduga menjadi subspesies endemik Satonda. Selain itu juga ditemui beberapa
jenis ganggang.
Mirip laut purba
J Kazmierczak juga mengambil sampel mirip karang yang disebut
stromatolit atau sembulan mikrobial, yaitu struktur terumbu yang tersusun oleh
mikroba bakteri dan ganggang. Material stromalit berlimpah pada kurun
prekambrium, atau sekitar 3,4 miliar tahun lalu. Struktur stromatolit dalam
perkembangannya tidak pernah ditemukan lagi.
Kehadiran stromatolit di Satonda menjadi sangat menarik
karena menunjukkan danau ini memiliki lingkungan yang menyerupai lautan purba, prakambrium. Stromatolit
di dunia modern hanya ditemukan di air dengan salinitas sangat tinggi. Satonda
bagi para ilmuwan menjadi model lingkungan kontemporer yang mencerminkan
kondisi lautan di zaman purba.
Dalam perkembangannya, Kempe dan Kazmierczak menuliskan,
hujan membuat permukaan air danau menjadi lebih tawar. Dugaan lain yang
menyebabkan berkurangnya kadar garam air permukaan danau adalah letusan Tambora
pada 1815.
Letusan Tambora telah menghancurkan hutan di Satonda.
Tiadanya pepohonan menyebabkan berkurangnya penguapan, air hujan pun banyak
yang terkumpul di kawah. Itu menyebabkan lapisan air bagian atas menjadi lebih
tawar. Pada saat yang sama, sebagian air yang lebih tua dan lebih asin tertekan
ke bawah atau keluar danau melalui pori-pori bebatuan vulkanik yang terbuka.
Danau
Weekuri, Danau Yang Unik Dengan Airnya Yang Asin
Danau Weekuri (istimewa)
Berwisata ke Nusa
Tenggara Timur yang tepatnya di Kabupaten Sumba Barat Daya, akan memberikan
keindahan alam yang sangat mempesona. Banyak yang menjadikan tepat tersebut
menjadikan objek wisata favorit untuk di kunjungi. Pemandangan yang indah dengan
di kelilingi dengan hijaunya pepohonan disekitarnya.
Salah satunya adalah
tempat wisata yang satu ini, Danau Weekuri akan membuat mata dan tubuh Anda
rileks dan menjadikan tempat tersebut menjadi pilihan Anda berlibur bersama
keluarga Anda.
Letak dari Danau Weekuri
berada di Kodi Utara. Objek wisata Danau Weekuri memiliki keunikan. Danau
Weekuri selain memiliki keindahan alam dengan air danaunnya yang biru dan di
kelilingi dengan berbagai keindahan tumbuhan hijau.
Danau Weekuri merupakan
tempat wisata yang akan menjadi salah satu yang akan di cari oleh para turis,
pasalnya keunikannya bukan hanya pada pemandangannya saja akan tetapi yang
menjadi keunikannya adalah memiliki air
danau yang asin .
Keindahannya dan
keunikannya merupakan salah satu yang bisa menjadi andalan bagi tempat
wisatawan Danau Weekuri.
Danau Baskunchak
Danau garam dengan berbagai ukuran tersebar di beberapa tempat di
Rusia dan Kazakhstan. Salah satunya adalah Danau Baskunchak. Danau ini
merupakan sebuah danau berair asin berukuran luas 115 kilometer persegi di
kawasan Astrakhan Oblast, Russia.
Seperti dikutip dari Eosnap, 7 Januari 2011, lokasi Baskunchak berada di sekitar 270 kilometer utara Laut Kaspia dan 53 kilometer ke arah timur Volga, sungai terbesar di Eropa.
Baskunchak sendiri bukanlah danau asin terbesar di negeri itu. Rusia masih punya danau Elton yang berada di kawasan Volgograd Oblast, Rusia, dekat perbatasan Kazakhstan. Danau Elton memiliki luas 150 kilometer persegi dan memiliki kedalaman 30 sampai 60 sentimeter.
Meski demikian, Baskunchak merupakan danau asin dengan kadar garam tertinggi di dunia. Ia juga memasok 80 persen dari total produksi garam Rusia.
Salinitas air di danau itu mencapai 300 g/l (gram per liter). Dari penelitian, garam di danau itu juga sangat murni, mencapai 99,8 persen NaCl. Tergantung kebutuhan, sekitar 1,5 sampai 5 juta ton garam dikeruk dari danau itu per tahunnya.
Air yang ada di Baskunchak berasal dari sungai yang mengalir. Adapun ketinggian permukaan danau itu berada di 21 meter di bawah permukaan laut. Sejak tahun 1997, kawasan danau Baskunchak dilindungi ketat sebagai cagar alam.
Pada bagian selatan danau terdapat ‘Gunung’ Bolshoye Bogdo. Gunung ini memiliki ketinggian 150 meter di atas permukaan laut dan menjadi dataran tertinggi di kawasan cekungan Kaspia. Akibat penumpukan garam, gunung Bolshoye Bogdo juga bertambah tinggi hingga 1 milimeter per tahun. Bagi warga Kalmyk yang tinggal di sekitarnya, gunung ini merupakan tanah suci.
Seperti dikutip dari Eosnap, 7 Januari 2011, lokasi Baskunchak berada di sekitar 270 kilometer utara Laut Kaspia dan 53 kilometer ke arah timur Volga, sungai terbesar di Eropa.
Baskunchak sendiri bukanlah danau asin terbesar di negeri itu. Rusia masih punya danau Elton yang berada di kawasan Volgograd Oblast, Rusia, dekat perbatasan Kazakhstan. Danau Elton memiliki luas 150 kilometer persegi dan memiliki kedalaman 30 sampai 60 sentimeter.
Meski demikian, Baskunchak merupakan danau asin dengan kadar garam tertinggi di dunia. Ia juga memasok 80 persen dari total produksi garam Rusia.
Salinitas air di danau itu mencapai 300 g/l (gram per liter). Dari penelitian, garam di danau itu juga sangat murni, mencapai 99,8 persen NaCl. Tergantung kebutuhan, sekitar 1,5 sampai 5 juta ton garam dikeruk dari danau itu per tahunnya.
Air yang ada di Baskunchak berasal dari sungai yang mengalir. Adapun ketinggian permukaan danau itu berada di 21 meter di bawah permukaan laut. Sejak tahun 1997, kawasan danau Baskunchak dilindungi ketat sebagai cagar alam.
Pada bagian selatan danau terdapat ‘Gunung’ Bolshoye Bogdo. Gunung ini memiliki ketinggian 150 meter di atas permukaan laut dan menjadi dataran tertinggi di kawasan cekungan Kaspia. Akibat penumpukan garam, gunung Bolshoye Bogdo juga bertambah tinggi hingga 1 milimeter per tahun. Bagi warga Kalmyk yang tinggal di sekitarnya, gunung ini merupakan tanah suci.
Danau
Labuan Cermin
Pernahkah kamu mencoba untuk berkaca di atas air??? Mungkin
jawaban yang pertama kali akan muncul dibenakmu adalah "TIDAK
MUNGKIN". Namun di Kabupaten Berau (Kalimantan Timur), lebih tepatnya di
Kecamatan Biduk-biduk, anda dapat melakukannya. Salah satu objek wisata yang
menjadi keunggulan Kabupaten Berau ini Bernama "Labuan Cermin". Dinamakan Labuan Cermin karena memang pada
permukaan air danau begitu mengkilap mirip dengan cermin sehingga kita bisa
berkaca di air danau tersebut. Menakjubkan bukan..???
Penyebab
fenomena yang menakjubkan ini tidak lain dan tidak bukan karena disebabkan oleh
keunikan yang dimiliki oleh danau ini, yaitu karena danau ini memiliki 2 jenis
air yang berbeda.
Pada permukaan danau, airnya adalah air tawar sedangkan di dasar danau airnya adalah air asin. Namun, bagaikan air dan minyak, kedua air tersebut tidak pernah bercampur. Penasaran bukan..???
Pada permukaan danau, airnya adalah air tawar sedangkan di dasar danau airnya adalah air asin. Namun, bagaikan air dan minyak, kedua air tersebut tidak pernah bercampur. Penasaran bukan..???
Kedua jenis air itu dipisahkan oleh sejenis lapisan keruh
berwarna putih yang diduga merupakan hasil dari pembusukan organisme di dasar
danau yang terperangkap. Air asinnya bisa dirasakan pada kedalaman sekitar 2
meter namun ketebalan air tawar dan air asin di danau ini selalu berubah - ubah
tergantung dengan pasang surut air laut. Terdapat berbagai macam biota air yang
uniknya karena airnya terdapat 2 jenis maka spesies yang menghuni danau ini
juga berasal dari dua dunia yaitu ikan air tawar di permukaan danau dan ikan
air asin di dasarnya. Pasti kamu jadi tambah penasaran..!!!
Disini kita juga dapat berenang, menyelam/snorkeling sambil
melihat keindahan biota air yang beraneka ragam. Airnya sangat jernih dan
bersih tapi untuk itu kamu harus membawa perlengkapan menyelam atau snorkeling sendiri
dari rumah.
Namun butuh sedikit perjuangan untuk bisa menikmati keindahan
"Surga" di danau ini. Karena untuk mencapainya dibutuhkan waktu 16-20
jam perjalanan melalui darat dari Samarinda menuju Desa Biduk-Biduk melalui
Kecamatan Sangkulirang. Jalur lain yang bisa ditempuh adalah jalur udara
melalui Bandara Sepinggan di Balikpapan menuju Bandara Kalimarau, Berau yang
dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 6 jam. Atau bisa melalui Kepulauan
Derawan dengan waktu tempuh selama 3 jam. Sebelum sampai di danau ini, kita
juga harus berjalan kaki atau trekking di hutan yang dipenuhi
oleh pepohonan dan tumbuhan liar bahkan banyak binatang liar yang menghuni
hutan ini seperti monyet, babi hutan, owa-owa, berbagai jenis burung bahkan
beruang madu ada disini. Setelah trekking selama 30 menit kita
akan sampai ditepi sebuah danau lain. Dari danau ini kita harus menyeberang
menggunakan perahu selama 15 menit lagi untuk menuju ke danau Labuan
Cermin.
Seperti kata pepatah; "Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian". Sesampainya di Danau Labuan Cermin, maka semua
rasa lelah pasti akan menjadi hilang dan mata kalian akan terpana menyaksikan
keindahan surgawi yang tersaji di depan mata. Airnya yang begitu bersih dan
mengkilap namun tetap jernih, akan membuat kalian tak sabar untuk menceburkan
diri ke danau yang airnya terasa dingin dan sangat menyegarkan.
No comments:
Post a Comment